jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya dalam mendukung transisi energi berkelanjutan melalui pengembangan bahan bakar ramah lingkungan yang terus berevolusi dari B20, B30, B40, hingga kini mencapai Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.
Komitmen dan capaian tersebut disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono saat menjadi narasumber di acara Indonesia International Sustainable Forum (IISF) 2025 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu (11/10).
Agung mengungkapkan perjalanan Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan bukan hanya kisah sukses ekonomi, tetapi juga perjalanan ekologi yang mendalam.
“Ini bukan hanya perjalanan sukses dalam hal ekonomi karena menciptakan penghematan devisa yang signifikan bagi negara, tetapi juga sebagai perjalanan ekologi. Menempatkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) sebagai inti adalah sesuatu yang sangat berarti,” ujar Agung.
Agung mengatakan keberhasilan Pertamina dalam menerapkan program biodiesel sejak B20 hingga B40 telah memberikan dampak besar terhadap kemandirian energi nasional.
“Sejak penerapan B20 dan kini B40, Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dengan sumber daya yang lebih berkelanjutan,” lanjutnya.
Lebih jauh, Agung menyoroti inovasi Pertamina dalam mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang berasal dari minyak jelantah.
Menurut Agung, bahan bakar ini tidak hanya berperan penting dalam menurunkan emisi karbon hingga 84 persen, tetapi juga mendukung terbentuknya ekonomi sirkular di masyarakat.