jpnn.com, JAKARTA - Komoditas beras yang selama ini menjadi salah satu pendorong inflasi justru mencatat deflasis sebesar 0,13 persen dengan andil -0,01 persen. Sehingga beras berperan dalam menahan laju inflasi umum.
Hal itu terungkap melalui laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Dia mencatat inflasi bulanan (month-to-month) September 2025 sebesar 0,21 persen.
Turunnya harga beras pada September 2025 tidak terlepas dari kombinasi faktor pasokan dan intervensi pemerintah.
Dari sisi pasokan, harga beras mendapat tekanan dari masuknya panen gadu di sejumlah sentra produksi.
Sementara dari sisi kebijakan, intervensi melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dijalankan Perum BULOG terbukti memberikan dampak nyata di pasar.
Program SPHP dilakukan secara masif melalui tujuh saluran distribusi utama, mulai dari pasar tradisional, pasar ritel modern, jaringan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama TNI, Polri, pemerintah pusat dan daerah, outlet BUMN Pangan, jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) BULOG, hingga jalur distribusi langsung berbasis komunitas.
Sepanjang September 2025, realisasi penyaluran beras SPHP mencapai 143.866 ton atau naik 59 persen dibandingkan bulan Agustus 2025.
Jumlah ini menjadi rekor tertinggi realisasi SPHP di bulan September dalam tiga tahun terakhir sekaligus indikasi positif keberhasilan intervensi dalam menjaga pasokan dan harga beras di pasar.