jpnn.com, JAKARTA - Peneliti senior Citra Institute, Efriza menilai pertemuan Presiden ke-7 RI Joko Widodo dengan Presiden Prabowo Subianto bukan sekedar balasan silaturahmi politik.
Dia menduga pembicaraan dalam pertemuan itu tidak sekadar urusan negara. Sebab, Mensesneg Prasetyo Hadi tidak memerinci isi pembicaraan.
"Kuat dugaan ada pula pembicaraan pribadi utamanya dari Jokowi yang bertemu dengan Presiden Prabowo," kata Efriza kepada JPNN.com, Senin (6/10).
Dia menjelaskan tak bisa dipungkiri beberapa minggu ini berbagai isu yang mencuat di publik tidak bisa dilepaskan dari Jokowi dan keluarganya maupun Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Jokowi bertemu dua jam diperkirakan, banyak spekulasi isi pertemuannya, diyakini dia banyak menjelaskan pandangannya, sikapnya, sekaligus upayanya mempengaruhi pemerintahan," lanjutnya.
Dia menegaskan pembicaraan keduanya diperkirakan hal penting, tetapi lebih banyak subjektifitas diri Jokowi, karena banyak persoalan politik yang sedang hangat di publik karena komunikasi dan perilaku eks Gubernur DKI Jakarta itu.
"Ditenggarai Jokowi juga memungkinkan membicarakan persoalan dirinya dan keluarganya yang sedang disorot banyak kasus, seperti Jokowi terkait kasus ijazah palsu, begitu juga persoalan ijazah Gibran yang sedang berproses di pengadilan negeri," jelasnya.
"Bisa juga terkait keinginan publik agar Bobby Nasution di periksa oleh KPK dalam kasus korupsi terkait Jalan," tuturnya.