jpnn.com, JAKARTA - Transisi menuju kendaraan listrik (electric vehicle/EV) kini dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia.
Lebih dari sekadar agenda lingkungan, elektrifikasi transportasi membuka peluang investasi baru dan menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Analisis dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan hampir 20 persen pengeluaran non-makanan rumah tangga di Indonesia dialokasikan untuk kebutuhan kendaraan.
Adapun pengeluaran tersebut mencakup pembelian, perawatan, pajak, dan bahan bakar.
Dengan demikian, transisi ke kendaraan listrik berpotensi menghadirkan manfaat ganda.
Menekan biaya mobilitas masyarakat dan mengurangi tekanan fiskal dari subsidi energi konvensional.
Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi Kementerian Investasi/BKPM Ahmad Faisal Suralaga menjelaskan Indonesia memasuki tahap di mana hilirisasi bukan lagi sekadar menambah nilai ekspor.
“Kita perlu membangun ekosistem industri yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir,” kata Suralaga.